Tentang Foto Makro Serangga: Proses dan Tips yang Perlu Diketahui
Foto makro serangga: capung di Curug Baligo. Foto: Dok. Pribadi |
Memotret merupakan seni melihat dan memotong (crop). Kejelian mata terhadap objek dan realita menjadi salah satu bekal yang harus dimiliki oleh seorang fotografer. Dari sekian banyaknya objek untuk dipotret, seorang fotografer juga harus bisa mengisolasi objek-objek dan memilih objek untuk dipotret.
Mencermati objek-objek kecil seperti serangga, bunga, embun dan lain-lain, dapat melatih kejelian mata untuk melihat sebuah realita dari banyaknya objek. Dengan mencermati objek kecil, kita bisa merasakan bagaimana kehidupan dalam versi mini, dan juga melatih mengisolir lingkungan sekitarnya.
Foto makro serangga: kupu-kupu di Cisaat, Kuningan. Foto: Dok. Pribadi |
Mengenai foto makro, saya lebih tertarik pada foto hewan kecil seperti serangga. Hal yang membuat saya tertarik memotret serangga ialah kesulitan dan tantangan ketika memotretnya di alam liar. Selain karena sulit diatur, faktor kondisi juga kadang memberikan tantangan. Karena tidak seperti hewan peliharaan, hewan liar cenderung agresif dan menghindar ketika didekati. Butuh usaha keras supaya mereka merasa nyaman dan tenang ketika dipotret.
Foto makro serangga: kumbang di bunga. Foto: Dok. Pribadi |
Terkadang saya harus mengikuti kemana arah hewan tersebut pergi, menunggunya untuk diam, dan perlahan-lahan memotretnya. Kendala seperti itulah yang membuat saya merasa tertantang untuk bisa memotretnya. Saya turut membayangkan bagaimana para fotografer National Geographic Wild ketika memotret satwa liar di hutan, savana bahkan di dalam laut. Pasti lebih menyusahkan.
Foto makro serangga: belalang di rumput. Foto: Dok. Pribadi |
Memotret makro serangga juga tergantung pada cuaca. Jika cuaca mendung maka tone warna atau pencahayaan yang didapat tidak akan begitu bagus. Sehingga berpengaruh kepada hasil. Belum lagi jika cuacanya sedang berangin. Hasilnya akan tampak blurry karena objek yang bergoyang tertiup angin. Kecuali jika kamera yang digunakan sudah memiliki fitur OIS atau dapat diatur kecepatan rananya.
Foto makro serangga: kupu-kupu di atas bunga. Foto: Dok. Pribadi |
Untuk menyiasati kekurangan tersebut, terkadang saya mengolahnya pascapemotretan menggunakan software editor. Saya terbiasa menggunakan Adobe Lightroom karena lebih mudah dioperasikan dan hasil warnanya yang lebih mencolok.
Intinya dalam memotret hewan liar, dibutuhkan kesabaran lebih dibandingkan dengan memotret lanskap atau model. Kadang kita tidak bisa mengatur posisi hewan tersebut layaknya seorang model yang mau mengikuti arahan fotografer.
Supaya bisa mengkreasi posisi serangga yang akan dipotret, saya menangkapnya terlebih dahulu untuk membuatnya merasa tenang dan mudah untuk diatur. Namun jangan lupa, setelah selesai memotret lepaskan kembali hewan tersebut ke habitatnya. Semoga bisa membantu.
*Semua hasil foto dapat dilihat juga di akun Instagram @fauzi_prima