Fotografi Ekstrim: Tips dan Trik Memotret Petir

fotografi ekstrim: tips dan trik memotret petir

Petir merupakan objek yang sangat menarik untuk difoto. Berkilau, tak dapat diprediksi, dan cukup menyeramkan. Itu lah mengapa memotret petir memiliki tantangan tersendiri bagi seorang fotografer. Ada banyak cara untuk memotret objek yang sering dikaitkan dengan dewa Zeus ini.

Namun, seorang fotografer profesional di bidang cuaca ekstrim bernama Jim Reed memiliki tips dan trik tersendiri. Ia adalah orang yang berpengalaman di bidang tersebut dan telah menghabiskan waktu lebih dari 20 tahun untuk memotret petir.

Tips dan trik memotret petir ala Jim Reed dapat Anda temukan di halaman Peta Pixel yang dikutip pada Minggu, (5/3/2017), berikut ini. 

Memahami Macam-Macam Petir

Selama dua dekade kiprahnya dalam memotret petir, ia mengenali empat klasifikasi kilatan cahaya berdasarkan tipe, intensitas, pola dan warna. Jika berdasarkan tipe, Reed membaginya menjadi cloud-to-ground (yang merambat ke permukaan tanah), cloud-to-cloud (merambat di antara awan), dan intra-cloud (hanya terjadi di dalam awan).

Dengan mengenali ketiga tipe tersebut ia pun bisa memilih lensa yang digunakan. Reed bisanya menggunakan lensa NIKKOR 24-70 mm f/2.8G untuk memotret tipe cloud-to-ground agar bisa sekaligus memotret lanskap yang dicapainya.

Untuk jenis cloud-to-cloud ia lebih sering menggunakan NIKKOR 14 mm f/2.8D ED. Sedangkan disaat terjadi intra-cloud, Reed akan menggunakan dua pilihan lensa yakni NIKKOR 70-200 mm f/2.8G ED VR II atau NIKKOR 200-400 mm f/4G ED VR II.


tips dan trik memotret petir

Reed juga mengatakan bahwa intensitas petir merupakan salah satu hal yang penting untuk diketahui. Ia mengenali intensitas kilatan cahaya agar bisa menyesuaikan pengaturan eksposur mulai dari ISO hingga kecepatan rana. 

Disaat akan terjadi badai yang disertai petir, ia terlebih dahulu akan mempelajari intensitas petir selama beberapa menit sebelum memotretnya. Dengan demikian ia akan mengetahui seberapa sering kilatan cahaya tersebut muncul dan berapa kali ia muncul.

Sementara dengan mengetahui pola, ia dapat membuat komposisi yang disukainya seperti objek tunggal berupa petir tanpa adanya gangguan objek lain saat memotret tipe cloud-to-ground. Kesederhanaan itu, menurut Reed, sangat cocok untuk fotografi fine-art.

Terakhir soal warna. Dalam keadaan tertentu petir dapat memiliki perbedaan warna saat muncul. Biasanya kilatan cahaya tersebut akan berwarna putih. Terkadang pula berwarna merah, kuning, hijau, bahkan biru atau ungu. 

Rona cahaya yang dihasilkan oleh petir bisa jadi diakibatkan oleh kandungan gas, senyawa kimia, dan tingkat polusi di atmosfir yang juga dipengaruhi oleh temperatur petir itu sendiri. Misalnya warna jingga. Hal itu terjadi karena adanya konsentrasi yang besar dari debu atau polusi di udara. Sementara hujan es di saat badai akan menghasilkan warna petir menjadi keunguan bahkan kebiruan.

Waktu Terbaik Saat Memotret Petir

Untuk memotret petir tentunya Anda membutuhkan kondisi cuaca yang ekstrim yakni hujan badai. Namun keadaan tersebut tak semuanya terjadi saat malam hari. Reed sendiri lebih menyukai di saat-saat yang berbeda. 

Ia biasanya memotret petir setelah hari mulai gelap. Namun tak jarang pula ia memotretnya saat siang hari atau menjelang sore hari. Memotret petir di waktu tersebut dapat membantu untuk mendapatkan warna cahaya petir yang berbeda.

Memilih Gear atau Kamera

Reed merekomendasikan untuk memilih kamera dengan kemampuan tingkat noise rendah yang bisa Anda jangkau. Ia juga menyarankan untuk memilih jenis kamera DSLR saat memulainya. Dua kamera favoritnya ialah Nikon D810 dan D3S. Namun untuk yang lebih murahnya, Anda bisa membeli D3400.

Selain itu Anda juga bisa menggunakan lensa yang lebih terjangkau. Hanya saja spesifikasi yang baik untuk menangkap kilatan cahaya petir ialah yang memiliki kecepatan lebih seperti 1.4, 1.8, atau 2.8. Reed sendiri mengaku pernah memotret petir dengan yang lebih rendah yakni 4.5 dan 5.6.

Keperluan lain yang mungkin Anda butuhkan saat memotret petir ialah dudukan kamera dan kabel remot kontrol seperti Nikon MC-36 Multi-Function Remote Cord atau Nikon ML-3 Compact Modulite Remote. Selain itu Anda juga bisa membeli aplikasi ramalam cuaca, badai, dan peringatan bagaimana petir akan muncul.

Tiga aplikasi yang digunakan oleh Reed ialah Wx Alert USA, Radar Scope, dan WeatherTAP. Ia menggunakan Wx Alert USA dan Radar Scope di smartphone iPhone miliknya, sementara WeatherTAP ia gunakan melalui perangkat desktop.

Pengaturan Kamera

Saat memotret petir, Reed biasanya mengatur kamera ke eksposur manual dan jika menggunakan kabel remot kontrol, ia menggunakan kecepatan rana di mode BULB. Pengaturan lainnya yang ia gunakan antara lain ISO 400, aperture f/5.6 dan fokus dalam mode manual.

Jika kilatan cahaya yang dihasilkan oleh petir terlalu terang ia akan menurunkan nilai ISO menjadi 320 atau 250. Sementara jika cahaya lebih redup dan hasilnya tak begitu terang, ia akan mengubah pengaturan ke ISO 640 atau 800.

Agar foto yang dihasilkan tetap tajam, Reed selalu menggunakan kecepatan rana sesingkat mungkin. Kecuali, jika Anda ingin mencoba memotret beberapa kilatan cahaya petir. Semakin rendah waktu rana terbuka, maka foto petir akan semakin tajam. Ia biasanya memasang mode kamera pada mode Shutter Priority di pengaturan 1/4 detik, ISO 250, dan keseimbangan putih dalam mode auto.

Matikan Autofokus

Saat memotret petir, Anda hanya akan membutuhkan fokus manual. Itu karena dengan menggunakan mode autofokus di kamera,  foto yang dihasilkan tak akan begitu tajam. Perhatikan jarak kilatan cahaya dan atur lah fokus kepadanya. Dengan begitu foto petir akan lebih terlihat tajam.

Cara untuk menyiasati hal tersebut ialah dengan menggunakan bantuan teman Anda. Minta lah seorang teman untuk membawa senter dan berjalan sekira 30 meter. Kemudian nyalakan senter tersebut dari kejauhan sehingga Anda bisa mengatur fokus pada cahaya dari senter.


tips dan trik memotret petir

Cobalah untuk memotret petir menjelang terjadinya badai atau hujan lebat turun. Kelembapan, terutama saat pengendapan menjelang hujan, dapat membuat foto tampak kurang tajam meski fokus telah diatur dengan benar. Selain itu Anda juga bisa menambahkan objek lain seperti tiang listrik, lampu lalu lintas, atau pesawat yang melintas.

Tetap Menjaga Keselamatan

Sebagai bidang fotografi yang cukup ekstrim, memotret petir memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi. Salah satu pemahaman yang perlu Anda ingat adalah saat mendengar suara petir, Anda memiliki kemungkinan untuk tersambar petir.

Di saat terjadi petir tipe cloud-to-ground yang menyambar ke permukaan tanah, Reed biasanya berlindung di dalam mobil dan menggunakan dudukan lensa yang dipasang di jendela mobil. Ia juga bisa menggunakan tripod dan mengoperasikan kameranya dengan menggunakan remot kabel dari dalam keandaraannya.

Jika Anda tak yakin dengan apa yang harus Anda lakukan, berusahalah untuk tetap aman. Semakin Anda memahami objek yang akan dipotret, maka semakin aman dan sukses yang akan Anda miliki. Selamat mencoba!



Sumber: Peta Pixel (Foto: Jim Reed)

Postingan populer dari blog ini

Momen dalam Fotografi

Tentang Foto Makro Serangga: Proses dan Tips yang Perlu Diketahui